Mindfulness, Cara Baru Agar Anak Fokus Belajar
10/12/2018 2018-12-20 11:55Mindfulness, Cara Baru Agar Anak Fokus Belajar
Mindfulness, Cara Baru Agar Anak Fokus Belajar
Setiap orang tua ingin anaknya fokus belajar. Apalagi anak-anak sedang menghadapi retentan ujian. Kita pun melakukan segala cara agar dia tetap konsentrasi belajar. Mulai dari memberikan hadiah bila dia mendapat nilai bagus. Hingga menghukum dia kalau ketahuan sedang bermain gadget. Tetapi anak-anak tetap tidak bisa konsentrasi. Cobain deh cara fokus belajar pada anak yaitu Mindfulness
Fokus atau kosentrasi itu sebuah kebiasaan yang kami terapkan di iBiG Academy. Fokus ini bagaikan otot yang perlu dilatih terus menerus. Beberapa anak lebih gampang konsentrasi dibanding anak-anak lain. Tetapi semua anak bisa mempelajari strategi dan dilatih agar bisa fokus. Dan mereka harus mempelajarinya karena kemampuan yang penting untuk masa depan dia.
Disadari apa tidak, anak-anak lebih suka fokus pada kegiatan yang seru dan menyenangkan. Buktinya mereka bisa bermain gadget berjam-jam. Kenapa mereka sulit konsentrasi saat belajar? Mereka bosan, merasa pelajaran terlalu sulit dan kurang asyik. Padahal semua mata pelajaran adalah persiapan mereka untuk masa depan mereka.
Jadi tugas kita adalah memastikan mereka fokus belajar sehingga bisa berkembang. Dan ketika mereka bisa mengerti dan menyelesaikan tugas-tugas pelajaran, mereka akan semakin percaya diri. Mereka juga menilai dirinya lebih positif.
Salah satu cara agar anak fokus belajar adalah memahami konsep mindfulness. Mindfulness adalah sebuah program yang dipraktekkan oleh orang dewasa ataupun anak-anak. Di dalam program ini, anak-anak dilatih untuk memperhatikan satu hal pada satu saat. Mindfulness tidak hanya berhasil meningkat konsentrasi, tetapi juga meningkatkan kebahagiaan. Stress yang biasanya muncul karena banyaknya pikiran atau persoalan yang perlu diselesaikan pun berkurang drastis.
Tips tips mempraktekkan Mindfulness pada anak
1. Memberi rentang waktu agar anak bisa belajar fokus dalam selesaikan satu tugas
Anak-anak yang lebih muda, berusia 4-5 tahun biasanya hanya memiliki rentang konsentrasi 5 hingga 20 menit. Tentunya rentang konsentrasi ini akan meningkat ketika usianya bertambah. Kita perlu cermat dalam menggunakan waktu tersebut. Misalkan, untuk tugas yang sulit, kita memberikan waktu yang pendek. Sementara tugas yang lebih sederhana, kita berikan waktu konsentrasi yang lebih panjang.
2. Kerjakan satu tugas setiap waktu
Saat ini kemampuan untuk multitasking sangat dijunjung tinggi dan semua orang diharapkan bisa mengerjakan 2-3 hal sekaligus. Tetapi hasil penelitian mengungkapkan sebuah fakta yang mengejutkan. Multitasking mengurangi konsentrasi dan menurunkan performa kerja. Jadi sebaiknya anak-anak diberikan interval dalam mengerjakan tugas.
Misalnya, anak-anak mendapatkan 3 tugas dari sekolah. Dibanding kita memberikan 3 tugas sekaligus dan minta mereka selesaikan dalam waktu 3 jam. Kita bisa membagikan 1 tugas 1 jam dengan waktu istirahat 15 menit. Hal ini akan mengurangi rasa stress karena melihat banyaknya tugas untuk diselesaikan.
3. Memberi ruang terpisah saat mengerjakan tugas sekolah
Kita sudah tahu multitasking itu mengurangi konsentrasi belajar, maka penting bagi kita untuk mengurangi distraksi. Contohnya, pada saat belajar, anak-anak perlu diberikan ruangan yang tenang. Tidak ada suara TV, handphone, buku atau apapun yang bisa mengurangi konsentrasi belajar.
Bila mereka butuh menggunakan laptop dan mencari info di dunia maya, kita bisa memasang aplikasi yang memonitor situs yang dibuka. Atau membatasi jam penggunaan. Hal ini mengurangi kemungkinan anak-anak untuk menonton Youtube atau melihat update di sosial media.
4. Berikan waktu untuk istirahat
Anak-anak belum terbiasa duduk dan belajar terus menerus dalam jangka waktu lama. Mereka perlu berdiri, bergerak dan melakukan hal-hal lain untuk hiburan. Jadi kita perlu memberikan mereka waktu untuk istirahat agar siap konsentrasi kembali. Dalam waktu rehat tersebut, mereka bisa makan kudapan, bermain atau cek pesan dari teman-temannya di handphone.
5. Latihan tarik dan buang nafas dalam-dalam
Denyut nadi yang stabil, nafas dan pikiran yang tenang membuat anak-anak lebih konsentrasi. Ketika seorang anak dikonfrontir dengan tugas-tugas yang lebih berat, detak jantung mereka pun meningkatkan. Rasa cemas pun melanda.
Rasa cemas ini bisa menyebabkan anak-anak menghindar dari tugas yang diminta. Tentu saja itu sebuah sikap yang kurang tepat. Jadi kita perlu mendidik sejak dini untuk siap menghadapi tantangan. Mereka perlu mengontrol pikiran dan perasaan mereka dengan tarik dan buang nafas dalam-dalam.
6. Pecahkan tugas yang besar menjadi tugas-tugas yang lebih kecil
Anak-anak perlu belajar memecahkannya masalah sendiri. Jadi kita perlu mengajari mereka caranya. Salah satu cara yang mudah untuk mengajarkan problem solving adalah lewat ikut kursus coding.
Setiap anak yang memasuki kelas coding, anak-anak sudah diinfokan kalau menghadapi masalah-masalah yang muncul. Seperti program yang terlalu kompleks atau berhadapan dengan proses debugging. Anak-anak ini pun dilatih untuk memecahkan tantangan besar menjadi bagian-bagian kecil yang bisa lebih mudah diselesaikan.
Misalkan pada saat pembuatan program, anak-anak harus mikirin karakter, plot, cara bermain, sistem poin dan lain sebagainya. Dari seretetan tugas yang perlu dikerjakan dalam pembuatan program, mereka belajar selesaikan satu per satu hingga tersusun rapi dan berhasil. Cara memecahkan masalah ini akan membantu anak untuk siap menghadapi berbagai tantangan dalma tantangan kehidupan. Dia pun bisa menjadi pemberi solusi yang baik.
7. Menyimak kondisi di sekitar
Anak-anak gampang terdistraksi oleh imajinas-imajinasi di dalam pikirannya seperti ingatan atau sensasi fisik. Imajinasi anak-anak memang bagus dan tidak boleh diabaikan. Namun ketika mereka lagi belajar, mereka juga perlu waktu untuk membangun konsentrasi.
Kita bisa memulai kegiatan belajar dengan menyiapkan permainan sederhana. Contohnya, dia diminta untuk observasi berbagai barang di dalam ruangan, mendengar lantunan dan lirik lagu atau melakukan kegiatan meditasi.
Selain itu, kita bisa menyesuaikan Mindfulness ini dengan kecerdasan masing-masing anak. Mari kita perbaiki cara fokus belajar pada anak.