Bagaimana (Persisnya) Teknologi Dapat Membuat Membaca Lebih Baik
10/08/2020 2022-12-28 14:04Bagaimana (Persisnya) Teknologi Dapat Membuat Membaca Lebih Baik
Bagaimana (Persisnya) Teknologi Dapat Membuat Membaca Lebih Baik
Membaca hanyalah bentuk komunikasi pertukaran ide melalui simbol alfanumerik (huruf dan angka). Saya tidak yakin apa ini sudah cukup mewakili “kesakralan” bagi para guru, tetapi memang begitu adanya. Secara pribadi saya lebih memperhatikan kebiasaan membaca, alasan membaca, kualitas bahan bacaan, dll. Perubahan simbol, perubahan bentuk, perubahan media. Lihat gif., meme, bahasa, dan akronim yang menjadi sebuah kalimat. Ada juga kata-kata yang menjadi metafora. Inilah audiens Anda dan inilah simbol yang mereka sukai.
Teknologi Membuat Membaca Lebih Baik, Inilah Caranya
Dengan lebih banyak personalisasi, lebih banyak akses, dan lebih banyak konektivitas, kita harus menciptakan generasi pembaca cerdas dan tentu saja hal itu tidak pernah cukup. Jadi jika tidak (berhasil menciptakan generasi pembaca), pertanyaannya adalah, mengapa hal itu tidak terjadi?
Jawabannya ada di “sana.”
1. Pembaca Pada Dasarnya Saling Terhubung
Melalui aplikasi media sosial, pembaca dapat saling terhubung hanya melalui teks. Komunitas membaca, kontes membaca, alasan membaca, buku-buku refrensi, membangun kredibilitas sosial dengan membaca, dan lebih banyak lagi. Mungkin saat kita membaca, pada tingkatan tertentu bisa jadi itu adalah tindakan sosial.
Memang, kita tidak selalu ‘perlu terhubung’. Namun, ini bukan sebuah pengkondisian. Kita bisa menyendiri dengan buku kita dan kemudian mensosialisasikan reaksi kita terhadap buku tersebut. Kita bisa mendapatkan ide untuk sebuah buku dan kemudian menyendiri untuk membaca, lalu bersosialisasi lagi setelahnya. Kita dapat ‘mensosialisasikan’ sebuah ide dan mendapatkan latar belakang pengetahuan untuk bab tertentu dalam sebuah buku, kemudian membacanya lagi dan tidak ‘bersosialisasi’ sama sekali setelahnya. Intinya adalah, kita bisa memilih dengan siapa kita mau atau tidak bersosialisasi, kapan, dan bagaimana cara kita.
Pilihan ada di tangan kita
2. Algoritma yang adaptif dapat mengarah ke sesuatu yang personal
Algoritma adaptif terus mempelajari para pembaca dari segi: kecepatan membaca, ragam bacaan, kompleksitas, dan bentuk bahan bacaan yang sesuai dengan personal pembaca. Itu semua berlangsung secara instan. Seolah-olah algoritma mengetahui apa yang diinginkan seorang pembaca.
3. Pilihan & akses yang terus bertambah
Melalui etalase digital, e-book gratis, RSS feeds, majalah, dan banyak lagi. Dahulu tidak mungkin seorang pelajar punya banyak bahan bacaan di ujung jari mereka. Buku-buku yang disukai (like) tersebut semua berada di perangkat eReader seperti Kindle atau iBooks. Katakanlah ada 25 buku yang disukai, juga ada 10 penulis buku yang disukai.
Di sana juga ada 750 ulasan yang dapat Anda bagikan (sharing) untuk mengetahui bagaimana pendapat orang lain soal buku tersebut. Serta ada semacam sample gratis dari buku apa pun yang Anda sukai. Begitu mudahnya mempublikasikan, meskipun itu berarti ada lebih banyak sampah di luar sana. Buku Fan-fiksi telah meledak. Jika Anda tidak dapat menemukan sesuatu (bahan bacaan) yang Anda sukai, bisa jadi karena Anda tidak mencobanya.
4. Teknologi bisa mengalihkan, Teknologi bisa membuat fokus
Teknologi memungkinkan pembaca untuk membuat komentar dan berbagi catatan, yang bersifat interaktif secara fisik dan ‘sosial’. Ada juga aplikasi – aplikasi white noise (gelombang frekuensi suara agar si pendengar tetap tenang), misalnya – yang membuat situasi di kelas tetap fokus, dan masih banyak lagi. Sebelum Anda menyalahkan teknologi karena ‘mengganggu’ para pelajar, pastikan Anda jujur pada diri sendiri, betapa fokusnya mereka tanpa teknologi.
5. Teknologi membuat pembelajaran lebih mudah
Mari kita bagi bacaan menjadi tiga kategori terpisah: Sebelum Membaca, Saat Membaca, dan Setelah Membaca. Pada tiap kategori di atas, setiap kategori pembaca punya kebutuhan yang berbeda.
Sebelum Membaca: Seorang pembaca awam yang bercerita soal budaya, dapat mengambil intisari dari menonton video di Youtube, sekalipun latar belakang budaya si pencertia berbeda dengan apa yang ia ceritakan, atau ia bisa saja membaca ulasan singkat di Wikipedia tentang budaya tersebut.
Saat Membaca: Seorang pelajar SMA yang sedang membaca puisi mencari makna kiasan sastra dalam puisi tersebut di Google, untuk lebih memahami apa yang mereka baca.
Setelah Membaca: Seorang mahasiswa PhD ingin memeriksa sebuah penelitian. Ia ingin mengevaluasi beberapa klaim penelitian yang mungkin saja dibuat-buat oleh beberapa peneliti sebelumnya. Atau ia menindaklanjuti beberapa titik data lain yang ditemukan dalam penelitian tersebut untuk mempelajari lebih lanjut.
Intinya adalah, teknologi (yang digunakan dengan baik) meningkatkan ‘akal sehat’. Tentu saja, ini tidak mutlak diperlukan. Sama halnya ketika saya mau mengendarai mobil menuju ke Henry County, Kentucky. Kalau saya mau, bisa saja saya berjalan kaki menuju ke sana dan tentu saja berjalan kaki itu bermanfaat. Adanya mobil tidak menjadi sesuatu yang wajib / superior. Namun dengan teknologi itu, saya punya banyak kesempatan.
6. Analytics dapat mempersonalisasi mekanisme membaca
Algoritma Analytics dapat menganalisa praktik membaca—waktu yang dihabiskan untuk membaca, seberapa sering pembaca mengklik kata tertentu, dll. Saya tahu ini tidak begitu jelas. Saya bukan spesialis membaca atau pengembang aplikasi. Intinya adalah data-data dapat digunakan untuk menjangkau semua pembaca di ‘titik manis literasi’ mereka, mendukung pembaca yang kesulitan, menantang para pembaca untuk membaca lebih banyak, dan menawarkan pilihan kepada pembaca.
7. Teks dapat disesuaikan levelnya secara instan
Anda dapat menemukan kombinasi teks yang kompleks. Ini berarti struktur kalimat, sintaksis, penggunaan kata/ vocabulary. Platform seperti Epic reader dan news-o-matic memudahkan pembaca untuk menyesuaikan tingkat pemahaman pembaca, seperti halnya berbagai aplikasi dan program yang ada di desktop.
Dengan menggunakan aplikasi eReader, para pelajar dapat menyentuh (highlight) sebuah kata dan menemukan definisinya secara instan. Bukan berarti mereka mau melakukannya, ingatlah bahwa niat membaca merupakan masalah kemauan. Tapi mereka punya kesempatan untuk itu
8. Kecepatan membaca lebih “visible”
Dengan aplikasi-aplikasi di atas yang memungkinkan melihat arti kata per kata, pada akhirnya meningkatkan kecepatan membaca. Ada juga aplikasi yang dapat mengukur berapa lama waktu yang dihabiskan saat membaca. Berapa jumlah kata yang dibaca per menitnya, dan masih banyak lagi. Seberapa cepat seseorang membaca, kini lebih “visible” – lebih terlihat. Hal ini diterjemahkan menjadi: semakin tinggi kecepatan membaca seseorang semakin tinggi pula tingkat pemahamannya.